Minggu, 02 Desember 2012

PROSEDUR DAN TEKNIK MENGATASI KESULITAN BELAJAR

PROSEDUR DAN TEKNIK KESULITAN BELAJAR Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai: • Prosedur diagnosis kesulitan belajar • Teknik diagnosis kesulitan belajar • Kiat mengatasi kesulitan belajar A. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar Para ahli di bidang diagnosis kesulitan belajar mengajukan langkah-langkah (prosedur) diagnosis kesulitan belajar secara berbeda. Perbedaannya hanya merupakan perbedaan teknis dan bukan perbedaan prinsip. Roos dan Stanley (dalam Rosjidan, dkk., 1992) mengemukakan bahwa dalam tahapan diagnosis kesulitan belajar perlu dipertanyakan hal-hal berikut: a. Siapakah siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar? b. Di manakah kelemahan-kelemahan dalam dilokalisasikan? c. Di manakah kelemahan-kelemahan itu terjadi? d. Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan? e. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah? Dari antara pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikatakan bahwa keempat pertanyaan merupakan usaha perbaikan sedangkan langkah yang ke lima merupakan usaha pencegahan. A.1. Prosedur Diagnosis Di bawah ini akan diuraikan tentang langkah-langkah atau prosedur diagnosis kesulitan belajar yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardhani (1991) sebagai berikut: 1) melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; 2) memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar; 3) mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; 4) memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa; 5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. A.2. Membimbing Menemukan Kata Kunci Untuk segera menemukan kesulitan belajar dini, perlu siswa dibimibing untuk menemukan kata kunci, diantaranya: • Jika anak terlihat kesulitan dalam memahami bacaan, orangtua dapat membantunya dengan membuat peta atau bagan cerita. Misalnya mencari nama tokoh, waktu, dan tempat bersama-sama. • Selain itu, orangtua juga bisa membantu anak untuk mencari permasalahan, tindakan yang harus dilakukan, dan bagaimana akhir ceritanya. • Setelah anak bisa menceritakan kembali, ajarkan anak untuk membuat pertanyaan tentang cerita tersebut. dengan begitu, anak juga bisa menemukan gagasan utama dari cerita yang dibacanya. • Untuk lebih mempermudah, bantulah anak menemukan kata-kata kunci yang tidak dimengerti. • Kamus dan ensiklopedia berperan di sini. Sebagian anak yang berusia di atas tujuh tahun tidak tahu bagaimana cara membaca kamus. Jika pengenalan pada kamus dan ensiklopedia sudah dilakukan sejak mereka kecil, kata sesulit apapun akan mudah dicari artinya. • Latar belakang yang dimiliki anak sangat membantu untuk memahami sebuah persoalan atau bacaan baru. Ini terutama bila isi bacaan mamiliki persamaan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Strategi mengaktifkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat membantu anak ketika berespons pada pertanyaan-pertanyaan bacaan. A.3. Contoh-contoh kesulitan belajar 1. Gangguan disleksia 2. Underachiever 3. curang 4. Retardasi mental 5. Learning dis-abilities 6. Anak tunarungu 7. Slow learners 8. Perilaku Agresif 9. Berbohong 10. Kecemasan 11. Kesulitan matapelajaran Bhasa Indonesia 12. Autism 13. Anak temper tantum 14. Pemalu 15. Ngompol (enuresis) 16. Gagap (Stuttering) 17. Gangguan Pemusatan Perhatian 18. Hiperaktif 19. Disgrafia 20. Berbicara 21. Kesulitan Belajar anak ADHD 22. Anak malas beajar A.4. Contoh Kasus: Bentuk Kesulitan Belajar Nilai Ardhi (7) dalam beberapa pelajaran bisa dibilang cukup. Untuk pelajaran Sains, Pendidikan Lingkungan Kehidupan Ponorogo, dan IPS, siswa kelas II SD swasta ini bisa mendapat nilai delapan. Namun untuk pelajaran Bahasa Indonesia, terutama bidang apresiasi sastra, beberapa kali Ardhi harus mengikuti ulangan perbaikan. Menurut gurunya, Ardhi belum mampu mengerjakan soal itu karena dia kurang membaca. Jika Ardhi rajin membaca cerita, otomatis akan pandai mambuat karangan atau menjawab pertanyaan. Jawaban sang guru tak memuaskan sang anak maupun orangtua. Masalahnya, setiap malam sebelum tidur Ardhi pasti mambaca buku cerita. Dulu, sebelum dia bisa mambaca sendiri, setiap malam sang ibu membacakan carita untuknya. Rupanya banyak anak seusia Ardhi yang kesulitan belajar, dalam arti memahami isi sebuah bacaan. Kesulitan belajar bisa terjadi karena anak belum mempunyai strategi metakognitif. Maksudnya, anak belum bisa memetakan persoalan sehingga dia kesulitan memahami secara komprehensif. Misalnya, jika seorang anak membaca, dia akan membaca begitu saja tanpa memahami isi. Ketika diberi pertanyaan, seperti siapa nama tokohnya, apa isi cerita, atau bagaimana akhir cerita, dia tidak bisa menjawab. Kemampuan memahami persoalan ini tidak hanya terjadi saat seseorang membaca buku. Pada saat seseorang berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, seharusnya ia mampu memikirkan apa yang sedang dibicarakan. Demikian pula ketika seseorang sedang menyelesaikan masalah dalam matematika, ia akan memikirkan langkah atau prosedur yang harus ditempuh agar memperoleh jawaban paling tepat. B. Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar B.1. Teknik Diagnosis Adapun teknik diagnosis kesulitan belajar yang bisa dilakukan guru antara lain: 1). Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam, antara lain dengan jalan: a. meneliti nilai ujian yang tercantum dalam rapor kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut (PAP: penilaian acuan patokan); b. menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya; c. observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar; d. memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada konselor; e. melancarkan sosiometeri untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa. 2). Melokalisasikan letaknya kesulitan belajar Setelah menemukan kelompok atau individu siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka teknik selanjutnya ialah menelaah: (a) dalam mata pelajaran apa saja kesulitan itu terjadi, (b) pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang mana kesulitan itu terjadi, (c) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang mana kesulitan itu terjadi, (d) dalam segi-segi proses belajar mana kesulitan itu terjadi. 3). Melokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan. Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar ada dua hal yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berada dalam diri siswa, misalnya: inteligensi yang rendah, kondisi fisik, sikap dan kebiasaan, belum memiliki kemampuan dasar yang dipersyaratkan untuk memahami materi pelajaran. b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya: situasi belajar mengajar, kurikulum, beban studi yang terlampau berat, metode mengajar yang kurang memadai, sering pindah sekolah, dan situasi sosial ekonomi keluarga. 4). Memperkirakan kemungkinan bantuan Setelah mengetahui jenis dan sifat kesulitan belajar serta menentukan letak kesulitan belajar dan faktor-faktor yang menyebabkannya, maka guru dapat memperkirakan: a. Apakah siswa tersebut masih dapat ditolong untuk mengatasi kesulitannya ataukah tidak. b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu. c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan. d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan. e. Bagaimana cara menolong siswa secara efektif. f. Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolong siswa tersebut 5). Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar Teknik yang kelima adalah teknik menyusun suatu rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana itu hendaknya berisi: a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa. b. Menjaga agar kesulitan tersebut tidak sampai terjadi lagi. Ada baiknya rencana ini didiskusikan dan dikomunikasikan kepada fihak-fihak yang dipandang berkepentingan, yang kelak akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada siswa yang bersangkutan, misalnya: wali kelas, orangtua, konselor, dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh guru yang mengajar mata pelajaran, yang tahu persis tentang berbagai jenis kesulitan yang biasa dialami oleh siswa dalam mata pelajarannya. 6). Tindak lanjut Kegiatan tindak lanjut merupakan kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa: a. Melaksanakan pengajaran remedial pada mata pelajaran tertentu pada aspek tertentu yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau fihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar yang penuh motivasi. Pelaksanaan pengajaran remedial ini sesuai dengan program yang dibuat dalam langkah 5 b. Membagi tugas dan peranan dengan orang-orang tertentu (guru dan wali kelas) dalam memberikan bantuan kepada siswa dan guru yang melakukan kegiatan pengajaran remedi. c. Senantiasa mencek dan mencek kembali (recheck) kemajuan siswa baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan, yang berupa bahan pengajaran, maupun mencek ketepatgunaan program remidi yang dilaksanakan. d. Mentransfer atau merefer siswa yang menurut perkiraan guru tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan atau kewenangan guru, wali kelas, dan konselor sekolah. Transfer semacam ini biasanya dilakukan kepada lembaga/ahli yang diperkirakan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitannya. B.2. Contoh Kasus: Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Disleksia berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni dys : tidak memadai dan lexis : kata atau bahasa. Dapar disimpulkan disleksia ialah kesulitan belajar yang terjadi karena anak bermasalah dan mengekspresikan ataupun menerima bahasa lisan maupun tulisan. Kesulitan ini tercermin dalam kesulitan anak untuk membaca, mengeja, menulis, berbicara, atau mendengar. Disleksia bukan merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun merupakan gangguan atau penyakit yang tidak ada obatnya. Namun penderita hanya mempunyai perbedaan dengan orang normal yang disebabkan oleh perbedaan cara belajar atau proses kognitif. Selain kekurangan dan keterlambatan dalam hal membaca, mengeja, menilis, berbicara, atau mendengar anak disleksia juga mempunyai kelebihan. Para penderita mempunyai beberapa kelebihan antara lain: • Terampil berfikir visual daripada berfikir verbal • Memiliki kesadaran yang sangat tinggi terhadap lingkungan • Memiliki daya cipta yang tinggi • Memiliki rasa ingin tahu yang besar • Lebih kreatif dan intuitif • Dan terampil mengerjakan tugas-tugas dan langsung berhubungan dengan dunia nyata b. Faktor Penyebab Penyebab disleksia hingga kini belum diketahui secara pasti, meski beberapa penelitian menunjukkan • Bahwa faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otaklah pemicunya. Tapi hal itu tidaklah terlalu penting, karena pada dasarnya disleksia tidak disebabkan pola asuh yang salah. Yang harus dilakukan orangtua adalah mengenali gangguan tersebut sejak dini dan membantu anak mengatasi kesulitan baca tulisnya. • Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca. Ketidak mampuan dalam belajar pada disleksia ini disebabkan karena terdapat gangguan di area otaknya. Pesan yang terkirim masuk ke otak tampaknya berubah menjadi tidak beraturan dan kacau. Orang dengan disleksia dapat mendengar dan melihat dengan baik, namun apa yang mereka dengar dan lihat tampaknya berbeda dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang kebanyakkan. Kesalahan yang disebabkan disleksia sudah terjadi saat mereka dilahirkan dan faktor hereditas sangat mempengaruhi. Kira-kira 5-10% anak usia sekolah memiliki gangguan belajar. c. Ciri-Ciri Ciri-ciri penyandang disleksia ini tidak paten karena tidak semua penyandang disleksia menunjukkan ciri-ciri yang sama. Namun beberapa ciri di bawah ini dapat ditemukan pada penyandang disleksia antara lain : 1. Ada kesenjangan antara kemampuan anak yang sebenarnya dan prestasi belajarnya Prestasi belajar yang kurang bagus bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya anak kurang motivasi belajar sehingga mereka enggan mengikiti pelajaran sekolah atau memang karena kemampuannya kurang memadai sehingga prestasi belajar buruk 2. Ada satu atau dua keluarga yang juga mengalami kesulitan belajar (Faktor keturunan) Biasanya hal ini dapat ditelusuri dengan melihat silsilah dan riwayat kesehatan keluarga. 3. Kesulitan mengeja. Mereka sering mencampurkan huruf-huruf dalam satu kata. Jadi semua huruf dalam satu kata bisa dieja secarabenar tetapi urutannya kacau. Contoh : “Diam” menjadi “Daim” 4. Kebingungan dalam membedakan kiri dan kanan. Anak disleksia sering bingung jika diminta menunjukkan mana tangan kiri atau kanan, belok kiri atau belok kanan 5. Menulis huruf atau angka secara mundur. Anak disleksia sering tidak bisa membedakan huruf “b” dan “d” atau “p” dan angka 9 6. Kesulitan dalam hitungan Kesulitan yang dialami penyandang disleksia biasanya dalam mengurutkan angka secara benar. Padahal kemampuan berhitung tergantung pada urutan angka misal 2, 4, 6, 8, dan seterusnya 7. Kesulitan mengatur diri sendiri Penyandang disleksia sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan untuk diri sendiri. Misalnya, kapan kira-kira buku dan pensil mereka butuhkan. Mereka juga kesulitan dalam menata barang atau buku yang mereka miliki. 8. Kesulitan mengikuti instruksi yang kompleks Contoh : Pergilah ke pasar, ada banyak cabe di sana, belilah cabe keriting 1 kilo. Contoh perintah ini bagi penyandang disleksia merupakan perintah yang terlalu kompleks akan lebih mudah jika perintah itu diubah menjadi “Pergilah ke pasar, belilah cabe keriting 1 kilo”. d. Teknik Pengobatan Pengobatan pada anak penyandang disleksia dapat dilakukan di lingkungan: 1. Sekolah Khusus Penyandang Disleksia Program yang harus ada pada sekolah khusus ialah metode mengajar multisensorik karena terbukti efektif. Metode mengajar multi sensorik melibatkan banyak indera dalam megajar terutama rabaan dan gerakan. Contoh ketika anak belajar membedakan huruf “b” dan “d” caranya antar lain: • Anak diminta menulis huruf “b” dan “d” besar-besar di lantai Cara ini membuat anak menggerakkan semua lengan dan badannya untuk menulis. Setidak-tidaknya anak akan mengingat tugas untuk menulis di lantai ini dan menggunakan ingatannya untuk menulis“b”dan “d” selanjutnya • Huruf tersebut ditulis di kertas amplas sehingga anak bisa meraba bentuknya • Ingatan ketika meraba huruf tersebut juga bisa dirangsang dengan membuat huruf dari bahan kenyal seperti dari tanah liat atau sejenis plastik 2. Sekolah Umum Terapi di sekolah umum lebih dipusatkan pada peran guru. Adapun beberapa hal yang hendaknya dilakukan oleh guru antara lain: • Penderita disleksia jangan diminta untuk membaca keras di depan kelas karena hal ini akan membuatnya menjadi takut dan cemas yang bisa mengakibatkan hilangnya harga diri, dan penolakan di kelas. • Anak disleksia sebaiknya diminta duduk paling depan sehingga pandangannya ke arah papan tulis dan tidak terhalang sama sekali. • Pekerjaan rumah sebaiknya ditulis secara jelas sebelum pelajaran berakhir karena anak disleksia butuh waktu banyak untuk memahami tulisan. Jika PR diberikan tengah pelajaran, bisa jadi anak disleksia belum menangkap tugas yang diberikan dan orang tuanya tidak bisa membantu. Akibat selanjutnya, anak menjadi cemas ke sekolah karena takut di hukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR. • Berikan pujian atas usaha anak disleksia menjawab pertanyaan. Hal ini akan meningkatkan harga diri mereka. • Dalam ujian, sebaiknya tidak diberi ujian lisan bahkan kalau perlu tidak ada ujian mengeja. Jangan paksa anak disleksia membaca keras, diberi PR terlalu banyak dan lebih menekankan isi daripada ejaan atau tulisan tangannya. 3. Keluarga Keluarga di sini lebih difokuskan pada peran dan perlakuan orang tua ke anak penderita disleksia. Perlakuan penting dari orang tua ialah menjaga agar anak tidak kehilangan harga diri dan tetap memiliki harga diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk kepercayaan diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menjaga kepercayaan diri anak penderita disleksia antara lain: • Setiap kali jelaskan kepada anak bahwa kesulitan yang dialami bukan berarti gagal • Beri pujian tiap kali setiap kali anak dapat melakukan sesuatu dengan baik • Hargai usahanya terutama dalam membaca, menulis, dan berhitung • Dampingi anak ketika mengerjakan PR • Bantu anak dalam mengatur diri • Salurkan anak kebidang-bidang seperti bidang-bidang yang menuntut kreativitas atau olah raga yang mensyaratkan koordinasi fisik dimana kemungkinan besar anak sukses. 4. Medis Metode yang diklaim sudah membantu sebanyak 16.000 penderita disleksia sampai Inggris dan Australia ini berteori bahwa anak disleksia memiliki kekurangan pada aktivitas bagian otak yang bernama serebelum. Berlokasi di dasar otak, sebelum mengandung 50 persen sel saraf otak. Metode yang diajukan Dore adalah merancang latihan rutin setiap individu untuk menstimulasi daerah otak ini dengan sejumlah pembelajaran. Metode itu dilakukan dengan mengikuti latihan seperti berdiri di atas papan bergoyang, melempar kantung dan mengayunkan bola selama sepuluh menit dua kali sehari. Kemampuan mereka memang mengalami peningkatan, terutama dalam hal membaca, sains dan matematika, sunjek pelajaran yang kerap kurang mampu dipahami penderita disleksia. B.3. Contoh Kasus: Slow Learner (Lambat Belajar) a. Pengertian Anak yang lambat belajar atau slow learner adalah anak yang perkembangan belajarnya lebih lambat jika dibendingkan dengan perkembangan rata-rata kelompoknya yang seusia, dan juga anak-anak yang lambat dalam proses belajarnya jika dibendingkan dengan sekelompok anak yang lain dan taraf potensi intelektualnya sama. Pada umumnya anak yang lambat belajar adalah anak yang kemampuan kecerdasannya di bawah rata-rata. Anak yang lambat belajar disebut juga anak yang “subnormal” atau “mentally retarted” sebagaimana dirumuskan J.P Chaplin sebagai berikut : Slow learner : a non technical term variously applied to children who are some what mentally retarted or who are develophing at a slower tahan normal rate. Mengenai anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, banyak istilah yang digunakan misalnya : mentally subnormal, mentally retarded, mentally defective, feeble minded dan sebagainya. Akan tetapi yang dimaksud dengan mental retarded dalam hubungannya dengan anak yang lambat belajar adalah anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata atau dibawah normal. b. Gejala Tingkah Laku dan Ciri-Ciri Anak Lambat Belajar Gejala tingkah laku lambat belajar adalah : • Kelambatan dalam menerima dan mengolah pelajaran • Kelambatan dalam melakukan tugas-tugas • Kelambatan dalam memahami isi bacaan • Kelambatan dalam menganalisa dan memecahkan masalah • Kekurangmampuan berkonsentrasi • Kekurangmampuan dalam mengemukakan pendapat • Kekurangmampuan dalam memimpin • Kurang kreatif • Prestasi rendah • Mengalami kelainan tingkah laku, kebiasaan jelek, tingkah laku tidak produktif • Mudah lupa Ciri-ciri anak lambat belajar adalah : • Perhatian dan konsentrasi singkat • Reaksinya lambat • Kemampuan terbatas untuk bekerja secara abstrak dan dalam menyimpulkan • Kemampuan terbatas dalam menilai bahan yang revelan • Kelambatan dalam menghubungkan dan mewujudkan ide dengan kata-kata • Gagal dalam mengenal unsur dalam situasi baru • Belajar lambat dan mudah lupa • Perpandangan sempit • Tidak mampu menganalisa, memecahkan masalah serta tidak mampu berfikir kritis. c. Sebab-Sebab Kelainan tingkah laku anak yang tergolong dalam keadaan slow learner adalah menggambarkan bahwa adanya sesuatu yang kurang sempurna pada pusat susunan syarafnya. Kemungkinan adanya sesuatu syaraf yang tidak berfungsi lagi karena telah mati atau setidak-tidaknya telah menjadi lemah. Keadaan demikian itu biasanya terjadi semasa anak masik dalam kandungan ibunya, pada waktu dilahirkan. Dan hal ini dapat pula terjadi karena adanya faktor-faktor dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen). Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa sebab-sebab terjadinya slow learner bila ditinjau dari perbedaan waktunya adalah sebagai berikut; 1. Masa sebelum dilahirkan (masa pranatal) 2. Masa kelahiran (masa natal) 3. Masa setelah dilahirkan (masa postnatal) 1. Masa sebelum dilahirkan (masa pranatal) Masa sebelum dilahirkan sering juga disebut masa pranatal, yaitu proses kelainan pada pusat susunan syaraf anak telah terjadi semasa masih dalam kandungan perut ibunya. Hal ini mungkin terjadi dakibat dari infeksi penyakit si ibu, misalnya : a. Penyakit sipilis (penyakit kelamin), cacar, campak, dan yang sejenisnya. b. Obat-obatan yang dimakan si ibu pada waktu hamil muda dengan maksud yang sebenarnya adalah untuk mengurangi penderitaan. c. Kelainan pada kelenjar gondok, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang wajar, keterlambatan kecerdasan, dan lain-lain. d. Penyinaran dengan sinar rongen dan radiasi yang berlebihan. Misalnya bayi yang lahir di Nagsaki (Jepang), yaitu pada waktu sebelumpeledakan bom atom 1945 mereka masih berada dalam kandungan ibunya. e. Letak bayi dalam perut sang ibu yang tidak normal, misalnya tali pusat bayi tertekan hingga mengakibatkan peredaran darah terganggu. f. Sang ibu menderita keracunan pada waktu mengandung, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi yang sedang dikandungnya. Misalnya keracunan radioaktif, alkohol, dan lain-lain. g. Kecelakaan yang langsung menimpa kandungan sang ibu yang sedang mengandung, hingga menimbulkan kerusakan pada syaraf-syaraf otak bayi yang berada dalam kandungan. h. Kehidupan batiniah yang tidak stabil atau seimbang, selama ibu mengandung, kurang hati-hati dan kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang berakibat buruk terhadap perkembangan bayi di dalam kandungan. 2. Masa kelahiran (masa natal) Prose kelainan pusat susunan syaraf pada anak yang waktu dilahirkan terjadi karena : a. Bayi yang mengalami proses kelahiran yang terlalu lama, hingga bayi menderita kekurangan zat asam (walaupun sedikit saja). Dan hal ini akan mempengaruhi sel-sel syaraf otak b. Akibat pendarahan pada otak yang terjadi karena sulitnya proses kelahiran yang terpaksa dibantu dengan mempergunakan alat yaitu tang. c. Akibat kelahiran bayi sebelum cukup umur, yang dikenal dengan kelahiran prematur. Biasanya disebabkan keadaan tulang-tulang pelindung otak anak itu masih lemah sehingga mudah mengalami perubahan bentuk karena tertekan. d. Bayi tidak dapat segera menangis setelah lahir, yang mengakibatkan terlambatnya bayi untuk memulai bernafas secara efektif. 3. Masa setelah dilahirkan (masa postnatal) Yang dimaksud dengan masa setelah dilahirkan atau sering juga dikatakan dengan masa postnatal, adalah keadaan anak yang telah dilahirkan itu dalam keadaan normal. Akan tetapi karena adanya sesuatu hal terjadilah kerusakan pada otaknya. Hal ini dapar terlihat atau nampak dengan kemundurannya darikecerdasan anak itu. Keadaan anak itu mungkin terjadi karena akibat dari kecelakaan, hingga dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak. Mungkin juga terjadi karena adanya penyakit yang akut, sehingga mengakibatkan pendarahan di otak (encipalitis) atau peradangan pada selaput otak (meningitis). Selain itu pula anak menderita penyakit avitaminosis yaitu kekurangan vitamin-vitamin yang sangat diperlukan dan berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan uraian di atas, apabila kita meninjau dari sifat masalahnya, ternyata ank slow learner itu merupakan suatu masalah yang sangat kompleks. Yaitu masalah yang beruang lingkup pendidikan, psikologis, medis psikiatris, kultur (budaya), dan masalah-masalah sosial. d. Faktor-faktor psikologis dalam belajar pada anak slow learner Semua perbedaan dan fungsi psikologis seseorang akan sangat berpengaruh terhadap proses belajarnya. Faktor psikologis yang berpengaruh pada anak slow learner adalah intelegensi atau kecerdasan. Intelegensi adalah faktor endogen yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar seseorang. Yang termasuk golongan atau kelompok anak-anak dalam keadaan tingkat intelegensinya rendah itu adalah anak-anak yang lambat belajar. Akan tetapi kelompok anak-anak yang mempunyai kelambatan dalam belajar itu termasuk kelompok penderita tingkat intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang normal. Namun masih tampak dengan jelas perimbangan kemampuannya untuk melakukan sesuatu masih kurang, bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Mereka masih kurang berinisiatif dan masih berfikir sederhana dalam menganalisa pengertian yang bersifat abstrak. Mengenai relasi sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak yang lambat belajar mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu ada kemungkinan besar untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak-anak yang normal meskipun cara menamatkan pelajarannya dengan waktu yang lebih lama. Berbagai faktor tersebut adalah: 1. Faktor keturunan Masalah faktor keturunan masih sulit untuk diselidiki, sebab tanda-tandanya tidak jelas dan beraneka ragam,misalnya tentang warna rambut, warna kulit, besarnya tubuh, dan sebegainya. Apakah slow learner dalam hal ini mengikuti hukum mendel, belum dapat dipastikan dengan benar. 2. Faktor kebudayaan Yang dimaksud dengan faktor-faktor kebudayaan yaitu faktor-faktor yang berlangsung dalam lingkungan hidup manusia yang secara keseluruhan maliputi segi-segi kehidupan sosial, psikologik, religius, dan sebagainya. Faktor ini mempunyai daya dorong terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya apabila faktor-faktor kebudayaan itu tidak bekerja dengan baik akan mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak-anak yang mengalami hambatan-hambatan mental, tetapi memdapatkan lingkungan kebudayaan yang cukup baik dan bersifat mendorong, mereka akan memperoleh kemajuan-kemajuan meskipun tidak besar atau pesat. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kebudayaan itu bekerja dan mempunyai pengaruh positif. “Pendidikan. Pekerjaan, penghasilan, cara hidup dan latar belakangsosial ekonomi orang tua atau keluarga itu sangat mempengaruhi anak. Penelitian BPPS di Sragen membuktikan adanya hubungan antara keadaan sosial ekonomi budaya keluarga dengan mental subnormalisasi anak. Keadaan hubungan ini dialami bukan hanya untuk mental subnormal, tetapi anak cacat pada umumnya”. e. Terapi Berbagai terapi medis telah dilakukan untuk menanggulangi slow learners. Diantara berbagai jenis terapi adalah terapi obat-obatan dan bio kimia seperti pengaturan makan, pemberian vitamin, dan terapi alergi. Jenis terapi yang lain adalah dengan menggunakan terapi modifikasi perilaku (behavior modofocation) • Terapi obat Banyak anak kesulitan belajar diberi obat untuk mengendalikan perilaku mereka. Tindakan ini dilakukan dengan alasan bahwa peningkatan perilaku dapat meningkatkan kemampuan anak untuk belajar. Meskipunterapi obat merupakan masalah medis, guru memegang peran penting dalam meningkatkan efektifitas penyembuhan. Untuk mengerjakan tugas ini guru seharusnya mengetahuui program pengobatan khusus bagi seorang anak agar ia dapat memberikan umpan balik kepada dokter atau orang tua tertang pengaruh obat bagi anak di sekolah. Dokter dapat memberikan umpan dibalik tersebut, dokter dapat memberikan efektivitas obat dan melakukan modifikasi jika diperlukan. • Diet Teori yang berkaitan dengan diet menyebutkan bahwa ank-anak memiliki hipolisemia, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan kekurangan kadar gula darah. Terapi dilakukan dengan melaksanakan pengontrolan pola makan anak sehingga dengan demikian kondisi anak dapat ditingkatkan. Tenpa adanya kotrol pengaturan makan, menurut teori ini akan terjadi penurunan kadar gula darah dalam satu jam detelah makan sehingga energi anak untuk belajar menjadi habis. • Terapi alergi Beberapa peneliti beranggapan bahwa alergi berkaitan dengan kesulitan belajar. Tetapi yang berusaha menghilangkan unsur-unsur yang dapat menyebabkan alergi dapat membantu menyelesaikan masalah kesulitan belajar. Seperti dikemukakan oleh Lerner dan Crook dan Rapp telah melaporkan keberhasilan cara terapi berbagai jenis ini. • Modifikasi perilaku Modifikasi perilaku telah banyak digunakan untuk memperbaiki masalah ini. Modifikasi perilaku adalah suatu bentuk teknik penyembuhan yang bertolak dari pendeatan behavioral ang menerapkan prinsip-pronsip operant condotioning. Ada tujuh prinsip operant conditioning yang mendasari teknik modifikasi perilaku (1) memberikan ulangan penguatan (reinforcement), (2) memberikan hukuman (punishment), (3) menghapus (extinction), (4) membentuk dan merangkaikan (shaping dan chaining) (5) menganjurkan dan memudarkan (prompting dan fading), (6) diskriminasi dan mengontrol rangsangan (discrimination and stimulus control), (7) generalisasi (generalization). Modifikasi perilaku hendaknya diberikan kepada anak berkesulitan belajar bersamaan dengan terapi obat-obatan. Untuk anak tertentu dan dalam situasi tertentu modifikasi perilaku dapat digunakan sebagai satu-satunya upaya penyembuhan dan dalam situasi lainnya modifikasi perilaku dan terapi obat perlu digunakan bersamaan dan dalam situasi lainnya lagi mungkin hanya diperlukan terapi obat. C. Kiat Menangani Kesulitan Belajar Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang sebagai kiat menangani kesulitan belajar meliputi: 1. menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa; 2. mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan; 3. menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program perbaikan (Thohirin, 2005: 147). 1. Analisis Hasil Diagnosis Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh: Siti Fulanah mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata polisemi. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun”, umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun ranjang, turun tangan, dan sebagainya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dipakai dalam banyak frase seperti: naik daun, naik darah, naik banding, dan sebagainya. 2. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: 1) bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri; 2) bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orangtua; 3) bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua. Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orangtua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketrampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus. Sebelum sampai pada pembahasan mengenai penyusunan program pengajaran remedial, berikut ini dikemukakan satu lagi kasus kesulitan yang dialami seorang siswa di madrasah, misalnya Ahmad Fulan. Ternyata, dari hasil diagnosis diketahui bahwa ia belum memiliki kecakapan memahami tulisan kata “present” dalam pelbagai konteks kalimat bahasa Inggris. Akibatnya, kata “present” yang dia ketahui bermakna hadir dalam sebuah konteks kalimat, dia pahami sebagai hadir juga dalam kalimat-kalimat yang lain.

1 komentar: