Senin, 17 Desember 2012

kisi-kisi uas Psikologi Belajar


1. Apa pengertian psikologi belajar dan jelaskan ruang lingkup psikologi belajar !
2. Apa yang disebut dengan belajar dan sebutkan ciri-ciri belajar !
3. Jelaskan dan sebutkan tentang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) !
4. Jelaskan perbedaan motivasi intrinsic dan ekstrinsik dan berikan contohnya !
5. Ada tiga gaya belajar siswa ditinjau dari kecenderungan dalam penggunaan indera manusia, sebutkan dan jelaskan tiga gaya tersebut !
6. Jelaskan tentang konsep belajar kognitifistik menurut tokoh Piaget dan bagaimana implikasinya dalam pendidikan islam ?
7. Jelaskan pula konsep belajar menurut humanistic Rogers dan bagaimana terapannya dalam pendidikan Islam ?
8. Jelaskan tentang konseip belajar behavioristic menurut tokoh Thorndike lengkap dengan hukum-hukum belajar dan jelaskan bagaimana terapannya dalam pembelajaran !
9. Jelaskan pula konsep belajar dalam Islam menurut tokoh Islam yang anda katahui ( Al-Ghazali , Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Al-zarnuji atau tokoh Islam yang lain) danjelaskan bagaimana terapannya dalam pendidikan Islam?
10. Suatu kasus kesulitan belajar:
Seorang siswa SMA kelas III IPS, laki-laki menunjukkan gejala jarang masuk sekolah, sering melanggar tta tertib sekolah, dan prestasi belajarnya menurun. Siswa tersebut sering bolos sekolah, terutama kalau akan menghadapi pelajaran matematika. Pada akhir tahun yang lalu yang bersangkutan termasuk salah seorang siswa yang dipermasalahkan untuk kenaikan kelasnya. Di rumah, siswa tersebut tidak mempunyai tempat belajar sendiri; dia belajar di tempat tidurnya. Ia banyak membantu kegiatan keluarga, sehingga seringkali terlambat masuk sekolah. Data lain menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan adalah anak ke enam dari sebelas bersaudara. Tiga orang saudaranya sudah berada di perguruan tinggi, dan salah seorang adiknya juga di kelas III jurusan IPA di sekolah yang sama. Siswa yang bersangkutan sebenarnya kurang berminat terhadap bidang studi IPA. Dalam menyelesaikan salah satu tugas rumahnya pernah terjadi bentrok dengan salah seorang gurunya.
SOAL : 10 . Bacalah dengan cermat kasus di atas dan berikanlah bantuan penyelesaian kesulitan belajar siswa dengan memperhatikan langkah-langkahnya yaitu :
a. Lakukanlah identifikasi masalah ! (Ada masalah apa saja ?)
b. Tentukan atau lokalisirlah pada kesulitan mana yang membutuhkan penanganan kesulitan belajar !
c. Tentukan faktor-faktor apa yang manjadi penyebab kesulitan belajarnya !
d. Tentukan diagnosis kesulitan belajarnya !
e. Menjelaskan cara mengatasi kesulitan belajar (prognosis)
f. Bagaimana langkah treatmen nya?
g. Bagaimana evaluasinya ?

catatan : soal di atas bisa masuk semua d uas atau tidak.

KISI-KISI UAS BK BELAJAR

Suatu kasus 1:
Seorang siswa di kota J memperoleh prestasi belajar sangat kurang, terutama dalam mata pelajaran ilmu social. Yang bersangkutan adalah siswa jurusan IPA. Dia sering bertengkar dengan teman-teman sekelasnya dan sukar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orangtuanya bercita-cita agar anak itu menjadi seorang dokter. Dalam keluarganya, dia sering dimanjakan oleh kakak-kakak dan neneknya. Tingkat ekonomi orang tuanya tergolong sedang, sehingga ia sering mendapat kesulitan dalam memenuhi alat-alat pelajarannya. Terhadap guru, siswa tersebut sangat pemalu, segan dan bahkan takut, sehingga tampak canggung. Demikian juga hubungannya dengan orang-orang dewasa lainnya, ia tampak sangat kaku dan sering diperlakukan seperti anak kecil.
SOAL : 1. Jawab pertanyaan berikut ini dengan benar berdasarkan kasus 1 di atas !
a. Bagaimana Identifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar tersebut! ?
b. Lokalisasilah jenis dan sifat kesulitan belajar !
c. Bagaimana perkiraan sebab-sebab kesulitan belajarnya ?
d. Terangkan bagaimana pemecahan terhadap kesulitan belajarnya !

Suatu Kasus 2:
ES berumur 16 tahun, duduk di kelas X di kota B. di sana ia tinggal bersama dengan kakak laki-lakinya yang seayah, tetapi berlainan ibu. Dalam rumah tersebut tinggal pula ibu tirinya. Ibu kandungnya tinggal di kota P sebagai pedagang. Nilai yang diperoleh ES sangat jelek dalam mata pelajaran matematika dan fisika, sedangkan dalam mata pelajaran lain nilainya cukup baik, yaitu rata-rata 6. Kecerdasannya (hasil tes PM) tergolong sedikit atau di atas rata-rata. Hasil tes bakat menunjukkan bahwa ia cukup dalam penalaran berhitung, penafsiran mekanikaa dan penalaran abstrak. Menurut guru-gurunya, siswa tersebut termasuk anak yang pendiam dan selalu mengambil tempat duduk di deretan paling belakang. Dia bercita-cita jadi insinyur pertanian.
SOAL : 2. Jawab pertanyaan berikut ini dengan benar berdasarkan kasus 1 di atas !
a. Bagaimana Identifikasi murid yang mengalami kesulitan belajar tersebut! ?
b. Lokalisasilah jenis dan sifat kesulitan belajar !
c. Bagaimana perkiraan sebab-sebab kesulitan belajarnya ?
d. Terangkan bagaimana pemecahan terhadap kesulitan belajarnya !

Kasus 3 :
Pada kelas 1 SD siswa B membaca kalimat yang tertulis: Saya pergi ke sekolah bersama kakak. Kalimat tersebut dibaca siswa B menjadi : “ Saya pergi ke sekolah bersama bapak”. Pada kalimat lain: Ia sakit namun ia tetap pergi ke sekolah. Dibaca oleh anak tersebut dengan : “Ia sakit nanum ia tetap pergi ke sekolah”.
SOAL : 3.
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar berdasarkan kasus 2 di atas:
a. Apakah siswa B termasuk anak dengan kesulitan membaca/ disleksia ? Jika tidak jelaskan argument anda, jika Ya, jawablah pertanyaan berikutnya !
b. Jelaskan pada tingkat kesulitan apa ?
c. Terangkan factor yang mungkin menjadi penyebab kesulitan tersebut !
d. Dengan metode apa anak B dapat dibantu kesulitan membacanya ?

SOAL NO 4 ;
Jawablah pertanyaan di bawah ini tentang diskalkulia !
a. Apa yang dimaksud diskalkulia ?
b. Sebutkan perilaku siswa berkesulitan belajar matematika
c. Jelaskan bimbingan bagi sisa berkesulitan belajar matematika !

Kasus 4 :
Pada kelas 1 SD siswa B membaca kalimat yang tertulis: Ibu pergi ke kampus untuk mengajar. Kalimat tersebut dibaca siswa B menjadi : “ Ibu dan bapak pergi ke kampus untuk mengajar.”. Pada kalimat lain: Dina membeli kue. Dibaca oleh anak tersebut dengan : “Dina membeli kue dan roti.”

SOAL : no 5 : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar berdasarkan kasus 4 di atas:
a. Apakah siswa B termasuk anak dengan kesulitan membaca/ disleksia ? Jika tidak jelaskan argument anda, jika Ya, jawablah pertanyaan berikutnya !
b. Jelaskan pada tingkat kesulitan apa ?
c. Terangkan factor yang mungkin menjadi penyebab kesulitan tersebut !
d. Dengan metode apa anak B dapat dibantu kesulitan membacanya ?

catatan: soal di atas bisa masuk dalam soal ujian semua atau tidak.

KISI-KISI SOAL UAS IAD, IBD, ISD

1. Jelaskan pengertian IAD, IBD, ISD dan jelaskan kegunaan mempelajarinya bagi mahasiswa !
2. Jelaskan dan terangkan proses perkembangan pola pikir manusia!
3. Jelaskan dan terangkan minimal
3 teori terbentuknya tata surya!
4. Bagaimana proses terjadinya gerhana bulan dan matahari ?
5. Tulislah satu ayat al-Quran yang berhubungan dengan penciptaan alam semesta!
6. Sebutkan pandangan hidup yang Anda pegang, dan jelaskan factor apa yang mempengaruhi pandangan hidup Anda tersebut!
7. Bagaimana stratifikasi social terjadi, terangkan !
. Sebutkan dan jelaskan peran individu (Anda) dalam masyarakat!
9. Terangkan fungsi-fungsi keluarga dalam perkembangan individu sebagai anggota keluarga!
10. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk masyarakat ?

catatan : soal bisa masuk dalam soal uas atau tidak semua masuk dalam soal uas.

Minggu, 02 Desember 2012

PENGAJARAN PERBAIKAN

PENGAJARAN PERBAIKAN A. PENGERTIAN DASAR PENGAJARAN PERBAIKAN DAN ARTI PENTINGNYA 1. Pengertian Pengajaran perbaikan biasa dikenal dengan istilah Remedial Teaching dalam system kurikulum sekolah. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah corrective instruction . Pengajaran perbaikan ini merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan . Pengajaran perbaikan ini perlu dikuasai setidak – tidaknya dikenal oleh guru bidang studi atau petugas bimbimbingan konseling disekolah. Berasal dari kata ; Remidy [ing] ; menyembuhkan, mengulang ; Teaching ; pengajaran, proses belajar. Remedial teaching merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan [remidy] atau membetulkan. Atau dengan singkat : pengajaran yang membuat menjadi baik .  layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan .  kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran .  Adalah bertujuan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sekurang – kurangnyasesuai dengan derajat ketuntasan minimum [Dra. Wiwik Chrisnayanti] Singkatnya, Remedial Teaching atau pengajaran perbaikan adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan [teraphy], membetulkan atau membuat menjadi baik. Yang disembuhkan adalah Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi . Istilah remedial teaching pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan. Dewasa ini pengertian itu sudah berkembang [meluas] seperti uraian diatas. Mengenai tujuan kegiatan ini bias diuraikan ketika melihat arti dari Remedial teahing itu sendiri. Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa. Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya. 2. Tujuan Secara terperinci tujuannya : 1. Siswa dapat memahami dirinya khususnya prestasi belajarnya 2. Dapat memperbaiki cara belajar kea rah yang lebih baik 3. Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat 4. Dapat melaksanakan tugas – tugas belajar yang diberikan kepadanya. . Diatas merupakan tujuan Remidial teaching yang khusus, sedangkan tujuan yang umum yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut massofa tujuan Remidial teaching ialah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku . Atau dengan melihat definisi – definisi diatas kita bisa menyimpulkan tentang tujuan – tujuan Remidial Teaching. 3. Prinsip – prinsip Langsung saja To the Point : a. Adaptif : pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik. b. Interaktif : peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian. d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin. e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan. 4. Fungsi a. Korektif memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar b. Pemahaman siswa memahami kemampuan dan kelemahannya serta guru menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai kondisi siswa. c. Penyesuaian memungkinkan siswa menyesuaikan dengan lingkungannya serta guru menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa. d. Pengayaan Remidial teaching dapat memperkaya proses belajar mengajar e. Akseleratif mempercepat proses belajar mengajar baik dari segi waktu maupun materi. f. Terapeutik remedial dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang. 5. Arti pentingnya Arti pentingnya Remidial Teaching itu dapat dilihat dari berbagai segi. Diantaranya : 1. Siswa Kenyataan menunjukkan bahwa setiap siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai hasil yang berbeda – beda. Dan dalam hal ini perbedaan individual ini harus diterima. Dalam proses belajar mengajar selalu di jumpai adanya anak yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat ada yang lambat disamping Background mereka yang berupa pengalaman berbeda – beda. Maka atas dasar perbedaan individual inilah Pengajaran perbaikan [Remidial Teaching] diperlukan untuk membantu setiap pribadi dalam mencapai prestasi yang optimal. 2. Guru Dalam proses pengajaran, guru mempunyai multifungsi yaitu sebagai instruktur, konselor, sebgai media, sebagai sumber, dll. Dalam fungsinya yang ganda ini guru bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pengajaran khususnya peningkatan prestasi belajar siswa. Dalam rangka ini arti penting guru dalam kegiatan remedial teaching diperlukan yakni untuk mencapai prestasi belajar siswa yang optimal. 3. Proses pendidikan Dalm proses pendidikan, bimbingan konseling merupakan kelengkapan dari keseluruhan proses belajar mengajar di sekolah. Melalui ini siswa diharapkan mencapai perkembangan pribadi yang integral. Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan sebaik – baiknya dalam proses belajar mengajar diperlukan pelayanan khusus. Dan salah satu bentuk pelayanan khusus BK yaitu pengajaran perbaikan atau Remidial Teaching. B. SIFAT – SIFAT KHUSUS PENGAJARAN PERBAIKAN Mengenai sifat – sifat khusus pengajaran perbaikan ini terletak pada kekuasaan pengajaran perbaikan yang disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami siswa . Ini ditekankan pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar yang menyangkut masalah : cara belajar, metode yang digunakan, media, materi, environment yang mempengaruhi proses belajarmengajar. Maka dari itu perlu kami paparkan prinsip – prinsip yang mempengaruhi proses belajar dan masalah – masalah yang menyangkut : a. Cara belajar siswa , pada dasarnya sisiwa belajar melalui eksplorasi, coba – coba [Trial end Error], rasa tidak senang maksudnya dengan merasakan tidak senang siswa akan belajar menghindari kesalahan., rasa gembira dalam artian sesuatu yang Happy cenderung untuk diulangi lagi, begitu juga sebaliknya, partisipasi[Learn By Doing], komunikasi, dll. Yang inti kesemuanya adalah pengalaman. b. Kondisi belajar, kondisi yang mempengaruhi proses belajar baik kondisi umum ataupun kondisi khusus. c. Strategi pengajaran , kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat member kemudahan [fasilitas] kepada siswa menuju tercapainya tujuan. d. Hubungan Guru – Siswa , yang penting adalah bagaimana guru membawa siswa memperoleh pengertian sesuai dengan pribadinya. Oleh karena itu anak yang Misbehavior merupakan akibat ketidakmauan anak mengerjakan sesuatu atas kehendak orang lain, karena yang dikehendaki orang lain itu tidak memuaskan baginya. e. Pengelolaan kelas , menunjukkan kepada berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan mempertahankan/menciptakan kondisi kelas yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas meliputi pengaturan tingkah laku antara ruang sehingga tercipta kemudahan – kemudahan dalam mengajar. Problematika – problematika yang berkenaan dengan pengelolaan ini meliputi : kondisi dan situasi, administrasi teknik, dimensi pengelolaan, dan kedisiplinan. C. MACAM – MACAM PENDEKATAN PENGAJARAN PERBAIKAN Dalam sub bab bahasan ini dibagi menjadi tiga macam pendekatan pengajaran perbaikan. Yakni : 1. Pendekatan Kuratif ; pendekatan yang dilakukan setelah diketahui adanya siswa yang gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pad pendekatan ini ada tiga strategi yang bisa dikembangkan oleh guru, yakni : a. strategi Pengulangan b. strategi Pengayaan dan Pengukuhan c. Strategi percepatan 2. Pendekatan Preventiv ; pendekatan yang ditujukan pada siswa yang pada awal belajar di duga telah mengalami kesulitan belajar. Strategi yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini yaitu kelompok homogen, individual, dan kelas khusus. 3. Pendekatan Pengembangan ; pendekatan yang didasarkan pada pemikiran bahwa kesulitan siswa harus diketahui guru sedini mungkin agar dapat diberikan bantuan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedikit tambahan wacana yang intinya sama dengan diatas mengenai macam pendekatan yang dikemukakan oleh massofa yang diringkas dalam artikelnya “Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif); atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan). “ Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode dan media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa. Menurut Wiwik Crisnayanti Metode yang dipakai dalam pengajaran remedial juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar. Beberapa metode yang dapat dipergunakan adalah metode pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, tutor sebaya, dan pengajaran individual. Mengenai teknik yang lain, kami memaparkan Dalam literatur Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem yang ditulis oleh Prof. DR. Oemar Hamalik yang menyebutkan bahwasannya teknik perbaikan terdiri atas ;  Perbaikan hasil belajar dengan memberikan pengajaran remedial, tutorial system, diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian tugas, review pengajaran, pengajaran individual, dan sebagainya.  Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah dengan cara memberikan bimbingan dan layanan, baik perorangan maupun kelompok, latihan memecahkan masalah dan sebagainya.  Perbaikan kualifikasi guru dengan cara belajar mandiri, studi lanjutan, diskusi kelompok, supervise, pengembangan staf, dll.  Peningkatan efisiensi program pengajaran dengan cara pengkajian dan penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih akurat. Dan juga menilai setiap komponen dalam program tersebut secara spesifik.  Perbaikan kemampuan awal dengan cara melakukan Assessment secara lebih saksama terhadap komponen – komponen entry behavior para sisswa, mengembangkan kerjasama dengan rekan kerjadan sekolah – sekolah yang lebih rendah. D. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGAJARAN PERBAIKAN Ketika membahas procedure maka yang akan muncul adalah langkah – langkah apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Remedial Teaching dengan Step By Step, maka bisa kami jelaskan sedikit mengenai langkah – langkah apa saja yang akan dilakukan dengan menggunakan dua argument dari massofa dan ahmad sudrajat. Ahmad sudrajat berpendapat bahwa langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial. 1. Diagnosis Kesulitan Belajar a. Tujuan : Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.  Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.  Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.  Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb. b. Teknik : Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb. Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan. o Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian. o Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik. o Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik. 2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain: • Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat. • Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. • Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. • Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab. Diatas sudah dijelaskan tentang langkah – langkah pelaksanaan Remidial Teaching menurut ahmad sudrajat. Maka sangatlah berbeda dengan pendapatnya massofa yang memaparkan pendapatnya mengenai langkah – langkah pelaksanaan dalam Remidial Teaching secara To The Point dan ringkas dengan urut – urutannya, yakni ; 1. analisis hasil diagnosis kesulitan belajar, 2. menemukan penyebab kesulitan, 3. menyusun rencana kegiatan remedial, 4. melaksanakan kegiatan remedial, dan 5. menilai kegiatan remedial. E. CONTOH REMIDIAL TEACHING Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan. Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat. Contoh lain dengan memberikan bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. Contoh lagi dengan Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. Tambahan contoh yang lain yakni dengan Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

PROSEDUR DAN TEKNIK MENGATASI KESULITAN BELAJAR

PROSEDUR DAN TEKNIK KESULITAN BELAJAR Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai: • Prosedur diagnosis kesulitan belajar • Teknik diagnosis kesulitan belajar • Kiat mengatasi kesulitan belajar A. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar Para ahli di bidang diagnosis kesulitan belajar mengajukan langkah-langkah (prosedur) diagnosis kesulitan belajar secara berbeda. Perbedaannya hanya merupakan perbedaan teknis dan bukan perbedaan prinsip. Roos dan Stanley (dalam Rosjidan, dkk., 1992) mengemukakan bahwa dalam tahapan diagnosis kesulitan belajar perlu dipertanyakan hal-hal berikut: a. Siapakah siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar? b. Di manakah kelemahan-kelemahan dalam dilokalisasikan? c. Di manakah kelemahan-kelemahan itu terjadi? d. Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan? e. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah? Dari antara pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikatakan bahwa keempat pertanyaan merupakan usaha perbaikan sedangkan langkah yang ke lima merupakan usaha pencegahan. A.1. Prosedur Diagnosis Di bawah ini akan diuraikan tentang langkah-langkah atau prosedur diagnosis kesulitan belajar yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardhani (1991) sebagai berikut: 1) melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; 2) memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar; 3) mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; 4) memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa; 5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. A.2. Membimbing Menemukan Kata Kunci Untuk segera menemukan kesulitan belajar dini, perlu siswa dibimibing untuk menemukan kata kunci, diantaranya: • Jika anak terlihat kesulitan dalam memahami bacaan, orangtua dapat membantunya dengan membuat peta atau bagan cerita. Misalnya mencari nama tokoh, waktu, dan tempat bersama-sama. • Selain itu, orangtua juga bisa membantu anak untuk mencari permasalahan, tindakan yang harus dilakukan, dan bagaimana akhir ceritanya. • Setelah anak bisa menceritakan kembali, ajarkan anak untuk membuat pertanyaan tentang cerita tersebut. dengan begitu, anak juga bisa menemukan gagasan utama dari cerita yang dibacanya. • Untuk lebih mempermudah, bantulah anak menemukan kata-kata kunci yang tidak dimengerti. • Kamus dan ensiklopedia berperan di sini. Sebagian anak yang berusia di atas tujuh tahun tidak tahu bagaimana cara membaca kamus. Jika pengenalan pada kamus dan ensiklopedia sudah dilakukan sejak mereka kecil, kata sesulit apapun akan mudah dicari artinya. • Latar belakang yang dimiliki anak sangat membantu untuk memahami sebuah persoalan atau bacaan baru. Ini terutama bila isi bacaan mamiliki persamaan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Strategi mengaktifkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat membantu anak ketika berespons pada pertanyaan-pertanyaan bacaan. A.3. Contoh-contoh kesulitan belajar 1. Gangguan disleksia 2. Underachiever 3. curang 4. Retardasi mental 5. Learning dis-abilities 6. Anak tunarungu 7. Slow learners 8. Perilaku Agresif 9. Berbohong 10. Kecemasan 11. Kesulitan matapelajaran Bhasa Indonesia 12. Autism 13. Anak temper tantum 14. Pemalu 15. Ngompol (enuresis) 16. Gagap (Stuttering) 17. Gangguan Pemusatan Perhatian 18. Hiperaktif 19. Disgrafia 20. Berbicara 21. Kesulitan Belajar anak ADHD 22. Anak malas beajar A.4. Contoh Kasus: Bentuk Kesulitan Belajar Nilai Ardhi (7) dalam beberapa pelajaran bisa dibilang cukup. Untuk pelajaran Sains, Pendidikan Lingkungan Kehidupan Ponorogo, dan IPS, siswa kelas II SD swasta ini bisa mendapat nilai delapan. Namun untuk pelajaran Bahasa Indonesia, terutama bidang apresiasi sastra, beberapa kali Ardhi harus mengikuti ulangan perbaikan. Menurut gurunya, Ardhi belum mampu mengerjakan soal itu karena dia kurang membaca. Jika Ardhi rajin membaca cerita, otomatis akan pandai mambuat karangan atau menjawab pertanyaan. Jawaban sang guru tak memuaskan sang anak maupun orangtua. Masalahnya, setiap malam sebelum tidur Ardhi pasti mambaca buku cerita. Dulu, sebelum dia bisa mambaca sendiri, setiap malam sang ibu membacakan carita untuknya. Rupanya banyak anak seusia Ardhi yang kesulitan belajar, dalam arti memahami isi sebuah bacaan. Kesulitan belajar bisa terjadi karena anak belum mempunyai strategi metakognitif. Maksudnya, anak belum bisa memetakan persoalan sehingga dia kesulitan memahami secara komprehensif. Misalnya, jika seorang anak membaca, dia akan membaca begitu saja tanpa memahami isi. Ketika diberi pertanyaan, seperti siapa nama tokohnya, apa isi cerita, atau bagaimana akhir cerita, dia tidak bisa menjawab. Kemampuan memahami persoalan ini tidak hanya terjadi saat seseorang membaca buku. Pada saat seseorang berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, seharusnya ia mampu memikirkan apa yang sedang dibicarakan. Demikian pula ketika seseorang sedang menyelesaikan masalah dalam matematika, ia akan memikirkan langkah atau prosedur yang harus ditempuh agar memperoleh jawaban paling tepat. B. Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar B.1. Teknik Diagnosis Adapun teknik diagnosis kesulitan belajar yang bisa dilakukan guru antara lain: 1). Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam, antara lain dengan jalan: a. meneliti nilai ujian yang tercantum dalam rapor kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut (PAP: penilaian acuan patokan); b. menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya; c. observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar; d. memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada konselor; e. melancarkan sosiometeri untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa. 2). Melokalisasikan letaknya kesulitan belajar Setelah menemukan kelompok atau individu siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka teknik selanjutnya ialah menelaah: (a) dalam mata pelajaran apa saja kesulitan itu terjadi, (b) pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang mana kesulitan itu terjadi, (c) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang mana kesulitan itu terjadi, (d) dalam segi-segi proses belajar mana kesulitan itu terjadi. 3). Melokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan. Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar ada dua hal yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berada dalam diri siswa, misalnya: inteligensi yang rendah, kondisi fisik, sikap dan kebiasaan, belum memiliki kemampuan dasar yang dipersyaratkan untuk memahami materi pelajaran. b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya: situasi belajar mengajar, kurikulum, beban studi yang terlampau berat, metode mengajar yang kurang memadai, sering pindah sekolah, dan situasi sosial ekonomi keluarga. 4). Memperkirakan kemungkinan bantuan Setelah mengetahui jenis dan sifat kesulitan belajar serta menentukan letak kesulitan belajar dan faktor-faktor yang menyebabkannya, maka guru dapat memperkirakan: a. Apakah siswa tersebut masih dapat ditolong untuk mengatasi kesulitannya ataukah tidak. b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu. c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan. d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan. e. Bagaimana cara menolong siswa secara efektif. f. Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolong siswa tersebut 5). Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar Teknik yang kelima adalah teknik menyusun suatu rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana itu hendaknya berisi: a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa. b. Menjaga agar kesulitan tersebut tidak sampai terjadi lagi. Ada baiknya rencana ini didiskusikan dan dikomunikasikan kepada fihak-fihak yang dipandang berkepentingan, yang kelak akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada siswa yang bersangkutan, misalnya: wali kelas, orangtua, konselor, dan ahli lain. Secara khusus kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh guru yang mengajar mata pelajaran, yang tahu persis tentang berbagai jenis kesulitan yang biasa dialami oleh siswa dalam mata pelajarannya. 6). Tindak lanjut Kegiatan tindak lanjut merupakan kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa: a. Melaksanakan pengajaran remedial pada mata pelajaran tertentu pada aspek tertentu yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau fihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar yang penuh motivasi. Pelaksanaan pengajaran remedial ini sesuai dengan program yang dibuat dalam langkah 5 b. Membagi tugas dan peranan dengan orang-orang tertentu (guru dan wali kelas) dalam memberikan bantuan kepada siswa dan guru yang melakukan kegiatan pengajaran remedi. c. Senantiasa mencek dan mencek kembali (recheck) kemajuan siswa baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan, yang berupa bahan pengajaran, maupun mencek ketepatgunaan program remidi yang dilaksanakan. d. Mentransfer atau merefer siswa yang menurut perkiraan guru tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan atau kewenangan guru, wali kelas, dan konselor sekolah. Transfer semacam ini biasanya dilakukan kepada lembaga/ahli yang diperkirakan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitannya. B.2. Contoh Kasus: Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Disleksia berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni dys : tidak memadai dan lexis : kata atau bahasa. Dapar disimpulkan disleksia ialah kesulitan belajar yang terjadi karena anak bermasalah dan mengekspresikan ataupun menerima bahasa lisan maupun tulisan. Kesulitan ini tercermin dalam kesulitan anak untuk membaca, mengeja, menulis, berbicara, atau mendengar. Disleksia bukan merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun merupakan gangguan atau penyakit yang tidak ada obatnya. Namun penderita hanya mempunyai perbedaan dengan orang normal yang disebabkan oleh perbedaan cara belajar atau proses kognitif. Selain kekurangan dan keterlambatan dalam hal membaca, mengeja, menilis, berbicara, atau mendengar anak disleksia juga mempunyai kelebihan. Para penderita mempunyai beberapa kelebihan antara lain: • Terampil berfikir visual daripada berfikir verbal • Memiliki kesadaran yang sangat tinggi terhadap lingkungan • Memiliki daya cipta yang tinggi • Memiliki rasa ingin tahu yang besar • Lebih kreatif dan intuitif • Dan terampil mengerjakan tugas-tugas dan langsung berhubungan dengan dunia nyata b. Faktor Penyebab Penyebab disleksia hingga kini belum diketahui secara pasti, meski beberapa penelitian menunjukkan • Bahwa faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otaklah pemicunya. Tapi hal itu tidaklah terlalu penting, karena pada dasarnya disleksia tidak disebabkan pola asuh yang salah. Yang harus dilakukan orangtua adalah mengenali gangguan tersebut sejak dini dan membantu anak mengatasi kesulitan baca tulisnya. • Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca. Ketidak mampuan dalam belajar pada disleksia ini disebabkan karena terdapat gangguan di area otaknya. Pesan yang terkirim masuk ke otak tampaknya berubah menjadi tidak beraturan dan kacau. Orang dengan disleksia dapat mendengar dan melihat dengan baik, namun apa yang mereka dengar dan lihat tampaknya berbeda dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang kebanyakkan. Kesalahan yang disebabkan disleksia sudah terjadi saat mereka dilahirkan dan faktor hereditas sangat mempengaruhi. Kira-kira 5-10% anak usia sekolah memiliki gangguan belajar. c. Ciri-Ciri Ciri-ciri penyandang disleksia ini tidak paten karena tidak semua penyandang disleksia menunjukkan ciri-ciri yang sama. Namun beberapa ciri di bawah ini dapat ditemukan pada penyandang disleksia antara lain : 1. Ada kesenjangan antara kemampuan anak yang sebenarnya dan prestasi belajarnya Prestasi belajar yang kurang bagus bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya anak kurang motivasi belajar sehingga mereka enggan mengikiti pelajaran sekolah atau memang karena kemampuannya kurang memadai sehingga prestasi belajar buruk 2. Ada satu atau dua keluarga yang juga mengalami kesulitan belajar (Faktor keturunan) Biasanya hal ini dapat ditelusuri dengan melihat silsilah dan riwayat kesehatan keluarga. 3. Kesulitan mengeja. Mereka sering mencampurkan huruf-huruf dalam satu kata. Jadi semua huruf dalam satu kata bisa dieja secarabenar tetapi urutannya kacau. Contoh : “Diam” menjadi “Daim” 4. Kebingungan dalam membedakan kiri dan kanan. Anak disleksia sering bingung jika diminta menunjukkan mana tangan kiri atau kanan, belok kiri atau belok kanan 5. Menulis huruf atau angka secara mundur. Anak disleksia sering tidak bisa membedakan huruf “b” dan “d” atau “p” dan angka 9 6. Kesulitan dalam hitungan Kesulitan yang dialami penyandang disleksia biasanya dalam mengurutkan angka secara benar. Padahal kemampuan berhitung tergantung pada urutan angka misal 2, 4, 6, 8, dan seterusnya 7. Kesulitan mengatur diri sendiri Penyandang disleksia sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan untuk diri sendiri. Misalnya, kapan kira-kira buku dan pensil mereka butuhkan. Mereka juga kesulitan dalam menata barang atau buku yang mereka miliki. 8. Kesulitan mengikuti instruksi yang kompleks Contoh : Pergilah ke pasar, ada banyak cabe di sana, belilah cabe keriting 1 kilo. Contoh perintah ini bagi penyandang disleksia merupakan perintah yang terlalu kompleks akan lebih mudah jika perintah itu diubah menjadi “Pergilah ke pasar, belilah cabe keriting 1 kilo”. d. Teknik Pengobatan Pengobatan pada anak penyandang disleksia dapat dilakukan di lingkungan: 1. Sekolah Khusus Penyandang Disleksia Program yang harus ada pada sekolah khusus ialah metode mengajar multisensorik karena terbukti efektif. Metode mengajar multi sensorik melibatkan banyak indera dalam megajar terutama rabaan dan gerakan. Contoh ketika anak belajar membedakan huruf “b” dan “d” caranya antar lain: • Anak diminta menulis huruf “b” dan “d” besar-besar di lantai Cara ini membuat anak menggerakkan semua lengan dan badannya untuk menulis. Setidak-tidaknya anak akan mengingat tugas untuk menulis di lantai ini dan menggunakan ingatannya untuk menulis“b”dan “d” selanjutnya • Huruf tersebut ditulis di kertas amplas sehingga anak bisa meraba bentuknya • Ingatan ketika meraba huruf tersebut juga bisa dirangsang dengan membuat huruf dari bahan kenyal seperti dari tanah liat atau sejenis plastik 2. Sekolah Umum Terapi di sekolah umum lebih dipusatkan pada peran guru. Adapun beberapa hal yang hendaknya dilakukan oleh guru antara lain: • Penderita disleksia jangan diminta untuk membaca keras di depan kelas karena hal ini akan membuatnya menjadi takut dan cemas yang bisa mengakibatkan hilangnya harga diri, dan penolakan di kelas. • Anak disleksia sebaiknya diminta duduk paling depan sehingga pandangannya ke arah papan tulis dan tidak terhalang sama sekali. • Pekerjaan rumah sebaiknya ditulis secara jelas sebelum pelajaran berakhir karena anak disleksia butuh waktu banyak untuk memahami tulisan. Jika PR diberikan tengah pelajaran, bisa jadi anak disleksia belum menangkap tugas yang diberikan dan orang tuanya tidak bisa membantu. Akibat selanjutnya, anak menjadi cemas ke sekolah karena takut di hukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR. • Berikan pujian atas usaha anak disleksia menjawab pertanyaan. Hal ini akan meningkatkan harga diri mereka. • Dalam ujian, sebaiknya tidak diberi ujian lisan bahkan kalau perlu tidak ada ujian mengeja. Jangan paksa anak disleksia membaca keras, diberi PR terlalu banyak dan lebih menekankan isi daripada ejaan atau tulisan tangannya. 3. Keluarga Keluarga di sini lebih difokuskan pada peran dan perlakuan orang tua ke anak penderita disleksia. Perlakuan penting dari orang tua ialah menjaga agar anak tidak kehilangan harga diri dan tetap memiliki harga diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk kepercayaan diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menjaga kepercayaan diri anak penderita disleksia antara lain: • Setiap kali jelaskan kepada anak bahwa kesulitan yang dialami bukan berarti gagal • Beri pujian tiap kali setiap kali anak dapat melakukan sesuatu dengan baik • Hargai usahanya terutama dalam membaca, menulis, dan berhitung • Dampingi anak ketika mengerjakan PR • Bantu anak dalam mengatur diri • Salurkan anak kebidang-bidang seperti bidang-bidang yang menuntut kreativitas atau olah raga yang mensyaratkan koordinasi fisik dimana kemungkinan besar anak sukses. 4. Medis Metode yang diklaim sudah membantu sebanyak 16.000 penderita disleksia sampai Inggris dan Australia ini berteori bahwa anak disleksia memiliki kekurangan pada aktivitas bagian otak yang bernama serebelum. Berlokasi di dasar otak, sebelum mengandung 50 persen sel saraf otak. Metode yang diajukan Dore adalah merancang latihan rutin setiap individu untuk menstimulasi daerah otak ini dengan sejumlah pembelajaran. Metode itu dilakukan dengan mengikuti latihan seperti berdiri di atas papan bergoyang, melempar kantung dan mengayunkan bola selama sepuluh menit dua kali sehari. Kemampuan mereka memang mengalami peningkatan, terutama dalam hal membaca, sains dan matematika, sunjek pelajaran yang kerap kurang mampu dipahami penderita disleksia. B.3. Contoh Kasus: Slow Learner (Lambat Belajar) a. Pengertian Anak yang lambat belajar atau slow learner adalah anak yang perkembangan belajarnya lebih lambat jika dibendingkan dengan perkembangan rata-rata kelompoknya yang seusia, dan juga anak-anak yang lambat dalam proses belajarnya jika dibendingkan dengan sekelompok anak yang lain dan taraf potensi intelektualnya sama. Pada umumnya anak yang lambat belajar adalah anak yang kemampuan kecerdasannya di bawah rata-rata. Anak yang lambat belajar disebut juga anak yang “subnormal” atau “mentally retarted” sebagaimana dirumuskan J.P Chaplin sebagai berikut : Slow learner : a non technical term variously applied to children who are some what mentally retarted or who are develophing at a slower tahan normal rate. Mengenai anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, banyak istilah yang digunakan misalnya : mentally subnormal, mentally retarded, mentally defective, feeble minded dan sebagainya. Akan tetapi yang dimaksud dengan mental retarded dalam hubungannya dengan anak yang lambat belajar adalah anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata atau dibawah normal. b. Gejala Tingkah Laku dan Ciri-Ciri Anak Lambat Belajar Gejala tingkah laku lambat belajar adalah : • Kelambatan dalam menerima dan mengolah pelajaran • Kelambatan dalam melakukan tugas-tugas • Kelambatan dalam memahami isi bacaan • Kelambatan dalam menganalisa dan memecahkan masalah • Kekurangmampuan berkonsentrasi • Kekurangmampuan dalam mengemukakan pendapat • Kekurangmampuan dalam memimpin • Kurang kreatif • Prestasi rendah • Mengalami kelainan tingkah laku, kebiasaan jelek, tingkah laku tidak produktif • Mudah lupa Ciri-ciri anak lambat belajar adalah : • Perhatian dan konsentrasi singkat • Reaksinya lambat • Kemampuan terbatas untuk bekerja secara abstrak dan dalam menyimpulkan • Kemampuan terbatas dalam menilai bahan yang revelan • Kelambatan dalam menghubungkan dan mewujudkan ide dengan kata-kata • Gagal dalam mengenal unsur dalam situasi baru • Belajar lambat dan mudah lupa • Perpandangan sempit • Tidak mampu menganalisa, memecahkan masalah serta tidak mampu berfikir kritis. c. Sebab-Sebab Kelainan tingkah laku anak yang tergolong dalam keadaan slow learner adalah menggambarkan bahwa adanya sesuatu yang kurang sempurna pada pusat susunan syarafnya. Kemungkinan adanya sesuatu syaraf yang tidak berfungsi lagi karena telah mati atau setidak-tidaknya telah menjadi lemah. Keadaan demikian itu biasanya terjadi semasa anak masik dalam kandungan ibunya, pada waktu dilahirkan. Dan hal ini dapat pula terjadi karena adanya faktor-faktor dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen). Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa sebab-sebab terjadinya slow learner bila ditinjau dari perbedaan waktunya adalah sebagai berikut; 1. Masa sebelum dilahirkan (masa pranatal) 2. Masa kelahiran (masa natal) 3. Masa setelah dilahirkan (masa postnatal) 1. Masa sebelum dilahirkan (masa pranatal) Masa sebelum dilahirkan sering juga disebut masa pranatal, yaitu proses kelainan pada pusat susunan syaraf anak telah terjadi semasa masih dalam kandungan perut ibunya. Hal ini mungkin terjadi dakibat dari infeksi penyakit si ibu, misalnya : a. Penyakit sipilis (penyakit kelamin), cacar, campak, dan yang sejenisnya. b. Obat-obatan yang dimakan si ibu pada waktu hamil muda dengan maksud yang sebenarnya adalah untuk mengurangi penderitaan. c. Kelainan pada kelenjar gondok, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang wajar, keterlambatan kecerdasan, dan lain-lain. d. Penyinaran dengan sinar rongen dan radiasi yang berlebihan. Misalnya bayi yang lahir di Nagsaki (Jepang), yaitu pada waktu sebelumpeledakan bom atom 1945 mereka masih berada dalam kandungan ibunya. e. Letak bayi dalam perut sang ibu yang tidak normal, misalnya tali pusat bayi tertekan hingga mengakibatkan peredaran darah terganggu. f. Sang ibu menderita keracunan pada waktu mengandung, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi yang sedang dikandungnya. Misalnya keracunan radioaktif, alkohol, dan lain-lain. g. Kecelakaan yang langsung menimpa kandungan sang ibu yang sedang mengandung, hingga menimbulkan kerusakan pada syaraf-syaraf otak bayi yang berada dalam kandungan. h. Kehidupan batiniah yang tidak stabil atau seimbang, selama ibu mengandung, kurang hati-hati dan kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang berakibat buruk terhadap perkembangan bayi di dalam kandungan. 2. Masa kelahiran (masa natal) Prose kelainan pusat susunan syaraf pada anak yang waktu dilahirkan terjadi karena : a. Bayi yang mengalami proses kelahiran yang terlalu lama, hingga bayi menderita kekurangan zat asam (walaupun sedikit saja). Dan hal ini akan mempengaruhi sel-sel syaraf otak b. Akibat pendarahan pada otak yang terjadi karena sulitnya proses kelahiran yang terpaksa dibantu dengan mempergunakan alat yaitu tang. c. Akibat kelahiran bayi sebelum cukup umur, yang dikenal dengan kelahiran prematur. Biasanya disebabkan keadaan tulang-tulang pelindung otak anak itu masih lemah sehingga mudah mengalami perubahan bentuk karena tertekan. d. Bayi tidak dapat segera menangis setelah lahir, yang mengakibatkan terlambatnya bayi untuk memulai bernafas secara efektif. 3. Masa setelah dilahirkan (masa postnatal) Yang dimaksud dengan masa setelah dilahirkan atau sering juga dikatakan dengan masa postnatal, adalah keadaan anak yang telah dilahirkan itu dalam keadaan normal. Akan tetapi karena adanya sesuatu hal terjadilah kerusakan pada otaknya. Hal ini dapar terlihat atau nampak dengan kemundurannya darikecerdasan anak itu. Keadaan anak itu mungkin terjadi karena akibat dari kecelakaan, hingga dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak. Mungkin juga terjadi karena adanya penyakit yang akut, sehingga mengakibatkan pendarahan di otak (encipalitis) atau peradangan pada selaput otak (meningitis). Selain itu pula anak menderita penyakit avitaminosis yaitu kekurangan vitamin-vitamin yang sangat diperlukan dan berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan uraian di atas, apabila kita meninjau dari sifat masalahnya, ternyata ank slow learner itu merupakan suatu masalah yang sangat kompleks. Yaitu masalah yang beruang lingkup pendidikan, psikologis, medis psikiatris, kultur (budaya), dan masalah-masalah sosial. d. Faktor-faktor psikologis dalam belajar pada anak slow learner Semua perbedaan dan fungsi psikologis seseorang akan sangat berpengaruh terhadap proses belajarnya. Faktor psikologis yang berpengaruh pada anak slow learner adalah intelegensi atau kecerdasan. Intelegensi adalah faktor endogen yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar seseorang. Yang termasuk golongan atau kelompok anak-anak dalam keadaan tingkat intelegensinya rendah itu adalah anak-anak yang lambat belajar. Akan tetapi kelompok anak-anak yang mempunyai kelambatan dalam belajar itu termasuk kelompok penderita tingkat intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang normal. Namun masih tampak dengan jelas perimbangan kemampuannya untuk melakukan sesuatu masih kurang, bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Mereka masih kurang berinisiatif dan masih berfikir sederhana dalam menganalisa pengertian yang bersifat abstrak. Mengenai relasi sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak yang lambat belajar mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu ada kemungkinan besar untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak-anak yang normal meskipun cara menamatkan pelajarannya dengan waktu yang lebih lama. Berbagai faktor tersebut adalah: 1. Faktor keturunan Masalah faktor keturunan masih sulit untuk diselidiki, sebab tanda-tandanya tidak jelas dan beraneka ragam,misalnya tentang warna rambut, warna kulit, besarnya tubuh, dan sebegainya. Apakah slow learner dalam hal ini mengikuti hukum mendel, belum dapat dipastikan dengan benar. 2. Faktor kebudayaan Yang dimaksud dengan faktor-faktor kebudayaan yaitu faktor-faktor yang berlangsung dalam lingkungan hidup manusia yang secara keseluruhan maliputi segi-segi kehidupan sosial, psikologik, religius, dan sebagainya. Faktor ini mempunyai daya dorong terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya apabila faktor-faktor kebudayaan itu tidak bekerja dengan baik akan mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak-anak yang mengalami hambatan-hambatan mental, tetapi memdapatkan lingkungan kebudayaan yang cukup baik dan bersifat mendorong, mereka akan memperoleh kemajuan-kemajuan meskipun tidak besar atau pesat. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kebudayaan itu bekerja dan mempunyai pengaruh positif. “Pendidikan. Pekerjaan, penghasilan, cara hidup dan latar belakangsosial ekonomi orang tua atau keluarga itu sangat mempengaruhi anak. Penelitian BPPS di Sragen membuktikan adanya hubungan antara keadaan sosial ekonomi budaya keluarga dengan mental subnormalisasi anak. Keadaan hubungan ini dialami bukan hanya untuk mental subnormal, tetapi anak cacat pada umumnya”. e. Terapi Berbagai terapi medis telah dilakukan untuk menanggulangi slow learners. Diantara berbagai jenis terapi adalah terapi obat-obatan dan bio kimia seperti pengaturan makan, pemberian vitamin, dan terapi alergi. Jenis terapi yang lain adalah dengan menggunakan terapi modifikasi perilaku (behavior modofocation) • Terapi obat Banyak anak kesulitan belajar diberi obat untuk mengendalikan perilaku mereka. Tindakan ini dilakukan dengan alasan bahwa peningkatan perilaku dapat meningkatkan kemampuan anak untuk belajar. Meskipunterapi obat merupakan masalah medis, guru memegang peran penting dalam meningkatkan efektifitas penyembuhan. Untuk mengerjakan tugas ini guru seharusnya mengetahuui program pengobatan khusus bagi seorang anak agar ia dapat memberikan umpan balik kepada dokter atau orang tua tertang pengaruh obat bagi anak di sekolah. Dokter dapat memberikan umpan dibalik tersebut, dokter dapat memberikan efektivitas obat dan melakukan modifikasi jika diperlukan. • Diet Teori yang berkaitan dengan diet menyebutkan bahwa ank-anak memiliki hipolisemia, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan kekurangan kadar gula darah. Terapi dilakukan dengan melaksanakan pengontrolan pola makan anak sehingga dengan demikian kondisi anak dapat ditingkatkan. Tenpa adanya kotrol pengaturan makan, menurut teori ini akan terjadi penurunan kadar gula darah dalam satu jam detelah makan sehingga energi anak untuk belajar menjadi habis. • Terapi alergi Beberapa peneliti beranggapan bahwa alergi berkaitan dengan kesulitan belajar. Tetapi yang berusaha menghilangkan unsur-unsur yang dapat menyebabkan alergi dapat membantu menyelesaikan masalah kesulitan belajar. Seperti dikemukakan oleh Lerner dan Crook dan Rapp telah melaporkan keberhasilan cara terapi berbagai jenis ini. • Modifikasi perilaku Modifikasi perilaku telah banyak digunakan untuk memperbaiki masalah ini. Modifikasi perilaku adalah suatu bentuk teknik penyembuhan yang bertolak dari pendeatan behavioral ang menerapkan prinsip-pronsip operant condotioning. Ada tujuh prinsip operant conditioning yang mendasari teknik modifikasi perilaku (1) memberikan ulangan penguatan (reinforcement), (2) memberikan hukuman (punishment), (3) menghapus (extinction), (4) membentuk dan merangkaikan (shaping dan chaining) (5) menganjurkan dan memudarkan (prompting dan fading), (6) diskriminasi dan mengontrol rangsangan (discrimination and stimulus control), (7) generalisasi (generalization). Modifikasi perilaku hendaknya diberikan kepada anak berkesulitan belajar bersamaan dengan terapi obat-obatan. Untuk anak tertentu dan dalam situasi tertentu modifikasi perilaku dapat digunakan sebagai satu-satunya upaya penyembuhan dan dalam situasi lainnya modifikasi perilaku dan terapi obat perlu digunakan bersamaan dan dalam situasi lainnya lagi mungkin hanya diperlukan terapi obat. C. Kiat Menangani Kesulitan Belajar Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang sebagai kiat menangani kesulitan belajar meliputi: 1. menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa; 2. mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan; 3. menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program perbaikan (Thohirin, 2005: 147). 1. Analisis Hasil Diagnosis Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh: Siti Fulanah mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata polisemi. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun”, umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun ranjang, turun tangan, dan sebagainya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dipakai dalam banyak frase seperti: naik daun, naik darah, naik banding, dan sebagainya. 2. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: 1) bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri; 2) bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orangtua; 3) bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua. Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orangtua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketrampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus. Sebelum sampai pada pembahasan mengenai penyusunan program pengajaran remedial, berikut ini dikemukakan satu lagi kasus kesulitan yang dialami seorang siswa di madrasah, misalnya Ahmad Fulan. Ternyata, dari hasil diagnosis diketahui bahwa ia belum memiliki kecakapan memahami tulisan kata “present” dalam pelbagai konteks kalimat bahasa Inggris. Akibatnya, kata “present” yang dia ketahui bermakna hadir dalam sebuah konteks kalimat, dia pahami sebagai hadir juga dalam kalimat-kalimat yang lain.